Oleh Harold Sumual
(Sebelum membahas tentang gitar sebaiknya kita kembali ke abad 19)
Harga tinggi menjadi bagian penting dari citra lobster. Wait..kalau anda melihat artikel ini sangat materialistis lebih baik berhenti membaca dari sekarang. Okay, tentunya mungkin banyak yang sudah tahu bahwa Lobster pada abad ke-19 adalah makanan murah, bahkan pada saat itu, sangat memalukan bagi anak kecil di Amerika Serikat jika sang ibu memberikan Sandwich berisi lobster sebagai bekal sekolah. Namun tidak perlu membahas kenapa Lobster murah karena sudah banyak yang membahasnya. Ada hal yang lebih lucu di tahun-tahun berikutnya, ketika akhirnya lobster menjadi makanan yang mahal dan santapan orang kaya, maka jika ada restaurant yang memberikan harga murah pada lobster orang akan takut memakannya, karena ada asumsi mungkin ‘kualitasnya kurang baik’.
Mari kembali ke gitar, saat ini, sudah menjadi rahasia umum bahwa harga kursus khususnya privat gitar bukanlah saingan bagi instrumen seperti piano apalagi harpa. Hal ini juga tercermin dari rata-rata harga tiket konser, seminar dan masterclass gitar. Lantas berapa harga yang layak dan salah siapa hingga bisa begini..? well… sangat tidak etis menuliskan jumlah uang disini dan juga tidak perlu mencari siapa yang salah. Hal ini mungkin terjadi karena banyak gitaris yang sibuk latihan gitar sehingga lupa memperdalam ilmu ekonominya.
Sekarang bayangkan jika di sebuah kota mempunyai 10 gitaris yang mengajar kursus. Kemudian, 2 dari pengajar gitar memberikan harga yang tinggi dan 8 lainnya memberikan harga rendah. Harga rata-rata yang tercipta di pasar tentunya adalah harga rendah, karena lebih banyak yang memberikan penawaran di harga tersebut. Sementara di kota lain juga terdapat 10 pengajar gitar, 9 dari pengajar memberikan harga tinggi dan 1 harga rendah, maka yang terjadi sebaliknya.
Menentukan sebuah harga kursus memang sulit, untuk itu sebaiknya para pengajar harus saling bertukar informasi agar harga-harga yang tercipta bisa tetap tinggi. Memberikan harga terlalu rendah akan menciptakan citra yang buruk kepada Anda dan gitar. Pada saat anda memberikan harga 30-50% lebih rendah sementara di sekeliling anda tidak, maka konsumen akan berpikir ada sesuatu yang anda ‘dihilangkan’ sehingga berani memberikan harga dibawah rata-rata. Begitu juga saat gitar harus disandingkan dengan instrumen lain, ketika harga kursus atau tiket konser jauh berbeda maka gitar akan terlihat seperti instrumen yang kurang bernilai. Dari sinilah di kemudian hari akan keluar pertanyaan “Instrumen X bikin seminar harganya segini pada rame yang ikut..kok gitar ga?”
Ada beberapa masalah yang dihadapi jika memberikan harga yang rendah. Pertama, impresi yang baik tidak akan melekat bagi sesuatu yang murah, tidak percaya ? Jika kenal dunia saham maka anda tahu saham-saham dengan harga murah selalu disebut ‘saham gorengan’ dan handphone murah selalu lekat dengan ‘hape China’, bisa jadi kualitas mengajar anda akan diragukan jika memberikan terlalu murah. Kedua adalah waktu, yaa… mungkin Anda berpikir bahwa tidak masalah harga murah asalkan punya banyak murid, ini adalah masalah berikutnya, karena ada waktu yang dihabiskan lebih banyak dibandingkan kompetitor anda namun pada akhir bulan mendapatkan hasil akhir yang mirip. Masalah ketiga adalah ketika portfolio mengajar Anda sudah semakin baik dan murid-murid anda mendapatkan hasil ujian yang maksimal, maka anda akan sulit menaikan harga kursus di kemudian hari, konsumen sudah menghargai pelayanan anda dengan harga rendah, menaikan harga terlalu tinggi maka mereka akan melihat Anda serakah.
Jika anda tidak menggangap ijazah, sertifikat, hasrat mengajar, atau dedikasi Anda layak dihargai mahal, setidaknya pertimbangkan kutipan dari Bonnie Blanchard berikut “hitunglah waktu perencanaan mengajar, mempersiapkan ujian, konser, dan kompetisi, ongkos perjalanan, pulsa telepon/internet untuk menghubungi murid, harga gitar anda dan hal yang sering dilupakan oleh banyak musisi, yaitu asuransi dan dana pensiun” Para musisi khususnya gitaris sering melupakan hal terakhir, kita adalah pekerja bebas dan kita tidak mendapatkan hal itu.
Jalinlah kerja sama dengan musisi dari instrumen lain agar tetap bisa memperbarui informasi tentang harga. Selalu murah hati namun jadilah pebisnis yang baik. Ingatlah ketika kita menjual murah diri kita sebenarnya kita sudah menjual murah gitaris lain.
Harold Sumual
Graduated from Satya Wacana Christian University’s performing arts faculty under the guidance of Paulus Dwi Hanantyo. After 8 years teaching guitar, now focusing on building music business.
https://www.instagram.com/herr_harold/