Oleh John Paul
Ada berbagai teori mengenai sejarah gitar. Namun, sulit mengatakan teori mana atau siapa yang paling sempurna karena masing-masing memiliki kekurangan, mungkin karena berangkat dari parameter yang kurang jelas, terlalu luas atau terlalu sempit, serta bukti yang tidak lengkap. Hugo Riemman (1849-1919) misalnya mengatakan bahwa gitar berasal dari lute dan bahwa gitar dibawa oleh bangsa Moor ke Spanyol.[1] Namun dia juga mengatakan bahwa bukti keberadaan lute dapat ditelusuri hingga ke kuburan dari zaman Mesir kuno, serta mengakui bahwa lute dan gitar memiliki bentuk struktur yang sama sekali berbeda.[2]
Ada beberapa permasalahan di sini. Pertama, siapakah bangsa Moor (Moro, Moresco, Mauros, Mavros, dll.)? Apakah Riemann sedang menggunakan istilah tersebut menurut pemaknaan di abad ke-19 saat dia hidup, atau menurut pemaknaan di era medieval atau renaissance? Dalam kompilasinya berjudul Navigationi et Viaggi, Giovanni Battista Ramusio (1485-1557) memperkenalkan Giovan Lioni dalam kapasitasnya sebagai kontributor bab Descrittione dell’Africa, dengan kata-kata “… moro, nato in Granata…fuggito in Barberia.”[3] Dalam terjemahan John Pory (1572–1636), John Leo dideskripsikan sebagai “…a More, borne in Granada, and brought up in Barbarie.”[4] Giovan Lioni lahir sebagai حسن ابن محمد الوزان الفاسي (Hassan ibn Muhammad al-Wazzan al-Fassi) dan juga dikenal sebagai John Leo dan Leo Africanus (c. 1494 – c. 1554?). Dia sendiri justru jarang menggunakan istilah “moro” atau “mori” (plural). Kata “moro” dan “mori” digunakannya dalam konteks sejenis pohon (murbai), atau warna yang gelap, khususnya merah sangat tua.[5]Secara umum, dia cukup spesifik dalam menggunakan istilah serta menghindari generalisasi. Sebagai contoh, Giovani Lioni tidak mengeneralisir semua penduduk Afrika, misalnya penduduk Arab, sebagai asli Afrika melainkan sebagai imigran, atau bahkan terkadang sebagai penjajah atau penguasa. Dia juga tidak menyamakan semua maumetano (Muslim) sebagai orang Arab, suatu generalisi yang cukup sering dilakukan penulis Eropa pada masa itu.
Dari perspektif Eropa-sentris, istilah “moor” dalam berbagai bentuknya (moorish, moro, moresco dll.) mengalami perluasan atau mungkin lebih tepatnya pengaburan makna dari orang Afrika berkulit hitam (ras/bangsa), orang Afrika Utara (bangsa), Muslim (pemeluk agama), orang berkulit gelap (ras), orang Arab (bangsa), serta gabungan dari berbagai ciri tersebut.[6] Cukup menarik misalnya, cara Pory menerjemahkan istilah yang digunakan Giovan Lioni untuk mendiskripsikan apa yang dia anggap sebagai penduduk asli Afrika baik yang berkulit putih (Africani bianchi) maupun yang berkulit hitam (neri).[7] Alih-alih menerjemahkannya sebagai “white Africans” dan “black Africans” misalnya, Pory justru memilih “tawnie Moores” dan “blacke Moores” atau “Negros”. Kebenaran memang bergantung pada perspektif. Bagi Giovan Lioni, sebagai seorang Africano bianco, dirinya cukup putih karena bandingannya adalah negro. Bagi Pory, yang kulitnya kemungkinan besar berwarna jauh lebih pucat, dia hanyalah coklat muda (tawny).[8] Arti kata “Moores” bagi Pory, yang bisa jadi representatif penulis Eropa pada umumnya di masa itu, terlihat dalam deskripsinya akan penduduk kerajaan Adea yakni ‘bangsa Moor secara agama’.[9] Dengan kata lain, andaikata Pory mendapat hidayah dan menjadi mualaf, maka diapun tiba-tiba menjadi seorang Moor menurut logika pemikirannya sendiri.
Masalah kedua adalah, apakah Riemann bermaksud bahwa gitar sudah ada di Afrika sebelum tahun 711 AD saat Jenderal Tariq bin Ziyad mengawali serangan pertama menumpas kekuasaan Visgoth di Hispania? Jika iya, apakah itu tiba-tiba membuktikan bahwa gitar berasal dari Afrika, khususnya wilayah Maghreb? Ataukah sebelumnya telah dibawa ke wilayah Maghreb, tempat serangan tersebut dilakukan, dari Timur Tengah mengingat bahwa pada saat itu wilayah ini adalah bagian dari dinasti Umayyad? Satu hal yang sangat menarik dicermati adalah bahwa mayoritas warga dinasti Umayyad pada saat itu justru adalah non-muslim mulai dari pemeluk agama Kristen, Yahudi, Zoroaster, dan lain-lain.[10] Demografi ini juga berlaku pada saat yang sama di al-Andalus, yakni wilayah kekuasaan dinasti Umayyad di Eropa.[11] Laju pertambahan wilayah Islam berkembang begitu pesat melebihi laju pertambahan pemeluknya. Hal ini sering diartikan sebagai bukti bahwa Islam disebarkan dengan pedang, namun fakta bahwa pertambahan pemeluknya butuh ratusan tahun untuk menjadi mayoritas di wilayah kekuasaannya sendiri justru membuktikan sebaliknya. Bagi gitar, ini berarti bahwa kecuali identitas penciptanya dapat dipastikan seratus persen, maka kemungkinan besar gitar diciptakan oleh seorang non-muslim dan penyebarannya hingga ke benua Eropa adalah berkat penyebaran wilayah di bawah kepemimpinan muslim. Suatu kesimpulan yang manis bagi pecinta kerukunan dan kerjasama lintas agama. Namun, masih ada masalah ketiga dengan teori Riemann yaitu bagaimana menjelaskan perbedaan morfologis yang begitu drastis antara al-Oud (Lute) dengan gitar.
Menurut Kathleen Schlesinger, bentuk konstruksi kotak suara gitar – “berpinggul” dengan “punggung” yang relatif rata – merupakan faktor penting yang membedakannya dari lute dengan kotak suaranya yang tidak “berpinggul” dan “punggung” yang berkubah.[12] Beliau berpendapat bahwa gitar berasal dari cithara (kithara), baik secara etimologis maupun struktural.[13] Contoh penggunaan kata cithara dalam konteks pemaknaan sebagai sebuah instrumen, dapat ditemukan dalam Vulgata, terjemahan Alkitab ke bahasa Latin oleh Jerome pada abad ke-4 AD, antara lain di kitab Wahyu pasal 5 ayat 8.[14]
“et cum aperuisset librum quattuor animalia et viginti quattuor seniores ceciderunt coram agno habentes singuli citharas et fialas aureas plenas odoramentorum quae sunt orationes sanctorum.”
Meskipun mengalami berbagai perkembangan sepanjang sejarahnya sejak sekitar 1700 BC, ciri cithara yang konsisten adalah kotak suara yang relatif dangkal dan rata. Perlu digarisbawahi bahwa sepanjang sebagian besar sejarahnya, cithara tidak memiliki leher maupun fingerboard yang memungkinkan pemain merubah panjang dan secara konsekuensial juga bunyi dari satu senar yang sama dengan menekan senar di berbagai posisi. Seperti gitar dan lute, panjang senar-senarnya adalah kurang lebih sama (bayangkan dari nut ke saddle pada gitar). Hal ini dan absennya fingerboard, berarti bahwa jarak nada tertinggi ke nada terendah pada cithara murni bergantung pada bahan serta ketebalan senar yang berbeda-beda (gambar 1). Meskipun sejarah cithara dapat ditelusuri setidaknya hingga peradaban Mesir kuno, sekitar 2400 tahun sebelum 711 AD, penyebarannya di Eropa terjadi berkat kekaisaran Yunani-Romawi.[15]
Teori Schlesinger berhipotesa bahwa lebih masuk akal jika evolusi gitar terjadi akibat penambahan leher pada sebuah instrumen dengan struktur kotak suara dasar serupa (“berpinggul”, “punggung” rata) daripada sama sekali merubah struktur kotak suara. Ada berbagai bukti yang diusung, dengan penjelasan yang detilnya mungkin terlalu panjang untuk dibahas secara lengkap di artikel singkat ini. Namun, bisa jadi bukti terkuat adalah beberapa miniatur dari suatu illuminated manuscript yang dikenal sebagai Utrecht Psalter. Salah satunya bisa dilihat di bawah (gambar 2).[16] Perhatikan bagaimana ada dua instrumen, diasumsikan cithara, yang terlihat serupa hanya dengan perbedaan penambahan leher.[17]
Utrecht Psalter pernah diperkirakan berasal dari sekitar abad 6 AD antara lain karena naskahnya menggunakan aksara capitalis rustica yang paling sering digunakan dari abad 4-6 AD. Penelitian terkini memperkirakan bahwa Utrecht Psalter dibuat sekitar abad 9 AD dan dikomisi oleh uskup agung Ebbo of Reims (816-835).[18] Walau demikian, jika miniatur tersebut memang dapat dianggap sebagai depiksi evolusi cithara ke gitar (cithara berleher), dan jika tidak ada bukti ikonografik lain dari masa yang sama atau lebih lampau yang membuktikan teori evolusi lute ke gitar, maka bisa saja disimpulkan bahwa teori Schlesinger benar. Biasanya suatu fenomena akan didokumentasi setelah keberadaannya sudah mapan. Jadi sebenarnya, bisa saja evolusi cithara berleher sudah terjadi bahkan jauh sebelum diilustrasikan oleh para pelukis miniatur-miniatur Utrecht Psalter. Kalaupun tidak, itu tetap berarti bahwa gitar pertama kemungkinan besar diciptakan di Eropa, atau setidaknya merupakan produk budaya Eropa.
Artikel ini tidak bermaksud membela teori manapun, melainkan membuka mata pembaca terhadap beberapa perspektif yang ada. Bisa jadi keduanya salah. Bisa jadi keduanya ada benarnya. Riemann sendiri mengakui bahwa lute sudah ada jauh sebelum invasi tahun 711 AD. Bukti ikonografik tertua berada di British Museum (gambar 3 dan 4). Harvey Turnbull mengulas kedua benda ini secara cukup detil terkait asal-usul instrumen yang disebut sebagai “long-necked lute”.[19] Jika ukiran pada artefak British Museum nomor 141632 (gambar 5) memang bisa dipastikan mengandung lute, maka ukiran tersebut menjadi bukti tertua di dunia akan keberadaan lute yakni sekitar tahun 3100 BC. Mempertimbangkan isu struktur kotak suara yang diprioritaskan oleh Schlesinger, maka sangatlah menarik memperhatikan salah satu instrumen dalam koleksi Metropolitan Museum (gambar 6).[20] Menarik sekali mencermati bahwa instrumen ini berasal dari Mesir, namun pada masa kekuasaan Roma/Bizantin yakni sekitar 200-500 AD. Kotak suaranya relatif dangkal, dengan punggung relatif datar serta berpinggul, namun sudah berleher dan tidak tampak kaitan nyata dengan cithara (atau justru tampak?). Mungkinkah asal-usul gitar justru kebalikan dari yang dibahas di bagian pertama artikel ini? Mungkinkah gitar memang berasal dari luar Eropa namun justru di daerah kekuasaan Eropa dan sudah ada di Eropa saat invasi Umayyad 711AD?
Gambar 1) British Museum, 1875,0309.8
© Trustees of the British Museum
Gambar 2a) Utrecht Psalter f.81v b) detil
a)
b)
Gambar 3 a) British Museum, 89096; b) detil
a)
© Trustees of the British Museum
b)
© Trustees of the British Museum
Gambar 4 a) British Museum, 28806; b) detil
a)
© Trustees of the British Museum
b)
© Trustees of the British Museum
Gambar 5) British Museum, 141632
© Trustees of the British Museum
Gambar 6) The Metropolitan Museum of Art, 12.182.44
John Paul
John Paul studied with Aniello Desiderio at the Koblenz International Guitar Academy in Germany and then at Conservatorio Domenico Cimarosa under the guidance of Prof. Lucio Matarazzo. As a guitarist, John Paul has performed in Germany, Austria, Spain, Italy, Slovenia and Indonesia.
https://johnpaulguitar.wordpress.com/teaching/
https://www.linkedin.com/in/john-paul-219139149/
[1] “Die Geschichte der Guitarre ist daher ursprünglich die der Laute; sie kam durch die Mauren nach Spanien, von da zuerst nach Unteritalien, wo sich verschiedene Abarten entwickelten.” Hugo Riemann, Musiklexikon (Leipzig: Max Hesse’s Verlag, 1882), 438.
[2] “Was die Laute von der Guitarre unterschied, war einmal die ganz abweichende Form des Schallkastens: Die Laute hatte keine Zargen, sondern war unterwärts gewölbt (etwa wie ein halber Kürbis, wie die heutige Mandoline [sekitar 1880]).” Hugo Riemann, Musiklexikon (Leipzig: Max Hesse’s Verlag, 1900), 636.
[3] Giovanni Battista Ramusio, “All’ Eccellentiss. M. Hieronimo Fracastoro”, di Delle Navigationi et Viaggi, comp. Giovanni Battista Ramusio (Venice: 1550), iv.
[4] Al-Hassan Ibn-Mohammed Al-Wezaz Al-Fasi, The History and Description of Africa, ed. Dr. Robert Brown, trans. John Pory (London: Hakluyt Society, 1896), 1.
[5] Giovan Lioni, “Descrittione dell’Africa”, di Delle Navigationi et Viaggi, comp. Giovanni Battista Ramusio (Venice: 1550), 19
[6] L. P. Harvey, Muslims in Spain, 1500 to 1614, (University of Chicago Press, 2005), 2-6.
[7] Ibid, 3.
[8] “Tawnie” adalah ejaan lama dari “tawny”.
[9] “The inhabitants, being Moores by religion, and paying tribute to the emperor of Abassia, are (as they of Adel before-named) originally descended of the Arabians.” Al-Hassan Ibn-Mohammed Al-Wezaz Al-Fasi, The History and Description of Africa, ed. Dr. Robert Brown, trans. John Pory (London: Hakluyt Society, 1896), 53.
[10] “As Muslim forces (di era Umayyad) continued to expand the Islamic empire, they soon found themselves to be a minority ruling over regions populated by a majority of non-Muslims.” Anver M. Emon, Religious Pluralism and Islamic Law: Dhimmis and Others in the Empire of Law, (Oxford University Press: 2012), 64; “Under the Umayyads, the Muslim empire continued to grow in territory, encompassing a largely non-Muslim population. Counter to Western stereotypes, Islam was not spread by the sword, as conversion to Islam was not required of the conquered people provided they were monotheists. At this time, the majority of the population was composed of Christians, Jews, and Zoroastrians.” Th. Emil Homerin, “Islam: What It Is and How It Has Interacted with Western Civilisation”, Religious Foundations of Western Civilization: Judaism, Christianity, and Islam, ed. Jacob Neusner (Abingdon Press, 2006), Ch.4.
[11] “Conversion to Islam, however, was not an immediate goal of conquest, and in fact a Muslim majority in the middle east and al-Andalus came about only in the mid-tenth or perhaps even the eleventh century.” Jessica A. Coope, The Most Noble of People, (University of Michigan Press, 2017), 32.
[12] https://en.wikisource.org/wiki/1911_Encyclop%C3%A6dia_Britannica/Guitar.
[13] Ibid.
[14] http://www.academic-bible.com/en/online-bibles/biblia-sacra-vulgata/read-the-bible-text/bibel/text/lesen/stelle/76/50001/59999/ch/7c09f9e185a0f58d17f0f9a7feba53df/
[15] https://en.wikisource.org/wiki/1911_Encyclop%C3%A6dia_Britannica/Guitar
[16] Untuk gambar beresolusi tinggi: http://psalter.library.uu.nl/page?p=169&res=3&x=44&y=747.
[17] http://psalter.library.uu.nl/page?p=169&res=3&x=266&y=888.
[18] http://www.utrechtpsalter.nl/#about-the-psalter.
[19] Harvey Turnbull, “The origin of the long-necked lute”, The Galpin Society Journal (1972), 58-66.
[20] Untuk gambar-gambar detil (klik additional images): https://www.metmuseum.org/art/collection/search/473395
One thought on “Sejarah Gitar Dalam Kulit Kacang: Asal-usul”