Oleh Rinaldo Linville

 

 

 

Teknologi semakin berevolusi. Tidak bisa dipungkiri, kita sudah memasuki era revolusi industri 4.0, dimana seluruh perusahaan melakukan inovasi dan ekspedisi yang mutakhir melalui kecanggihan teknologi yang  melesat ke arah digital. Pergerakan teknologi semakin merambat tidak hanya di bisnis, melainkan juga di dunia permusikan, khususnya instrumen yang bisa dibilang sangat populer di kalangan masyarakat, gitar.

Perusahaan teknologi dan smartphone asal Tiongkok, Xiaomi, merilis di tahun 2017 alat musik ukulele yang dilengkapi oleh fitur Wi-Fi yang terkoneksi dengan aplikasi dari Xiaomi. Di sisi lain, perusahaan musik asal Amerika Serikat, Mind Music Labs, meluncurkan produk yang diproduksi pada tahun 2016, namun berhasil mengundang perhatian khalayak sampai sekarang yaitu dengan produk smart guitar bernama SENSUS. Rata-rata konsumen yang membeli produk gitar pintar tersebut merasa terpuaskan dikarenakan fitur-fitur yang unik membuat permainan semakin menarik dan struktural. Namun, apakah betul alat musik dengan tingkat kecanggihan yang semakin memadai dan mumpuni bisa menghasilkan?

Ada beberapa kelebihan yang bisa memberikan para konsumen terpikat setelah mencobanya. Kelebihan dari kedua alat tersebut adalah mereka sudah memasangkan sistem koneksi Bluetooth. Gitar pintar tersebut bisa mengeluarkan suara seperti perkusi. Dan juga, ada beberapa fitur yang mempermudah dinamik nada seperti wireless MIDI controller. Perangkat ini cukup unik dalam dunia gitar, alat ini bisa memberikan efek suara gelombang jika kita menggerakan tangan kita didekat senar dan fret. Bahkan perusahaan SENSUS pun sendiri mengakui bahwa revolusi terciptanya gitar ini agar para pemain gitar bisa menggunakan efek tanpa adanya bantuan prosesor dari perangkat yang sering menjadi gear dalam dunia gitar.

Untuk populele, ukulele pintar asal negeri tirai bambu, memiliki bentuk yang sama dengan ukulele-ukulele lainnya. Fitur-fitur yang disajikan antara lain berupa Bluetoothnamun para pengguna harus mengunduh aplikasi dari Xiaomi yang bisa di dapatkan di Google Play.  Aplikasi tersebut berisi daftar lagu yang terkoneksi ke Populele beserta kunci-kunci lagu yang disajikan, seperti lagu Billie Jean dari Michael Jackson dan Someone Like You dari Adele.

Tidak hanya sebatas lagu dan iringan-iringan lagu, mereka juga menawarkan kunci-kunci setiap lagu yang konsumen ingin mainkan. Keunggulan desain dari ukulele tersebut tentunya neck di ukulelenya yang pas dan tebalnya kayu spruce yang membuat suara yang dihasilkan jernih seperti ukulele lainnya dengan balutan-balutan perangkat modern.

Apakah hanya dengan sebatas bermain menggunakan bantuan teknologi yang canggih bisa menghasilkan dampak yang positif terhadap proses belajar instrumen?

Pertama, dengan bantuan lampu penunjuk di Populele murid-murid pastinya bisa lebih mudah menemukan fret yang harus ditekan. Penggunaan smartphone dan gadget untuk belajar juga faktor yang membuat belajar lebih menyenangkan daripada hanya menggunakan kertas yang pastinya dilupakan oleh murid.

Kedua, pengguna bisa menemukan suara-suara elektronik yang tidak bisa dikeluarkan oleh instrumen tradisional non-elektrik. Exploring suara baru adalah salah satu hal yang biasanya dicari oleh musisi dan mungkin kehadiran gitar seperti SENSUS bisa membantu memudahkan gitaris untuk menemukan suara mereka.

Apa dampak negatifnya? produksi dengan menambahkan fitur yang mutakhir akan membuat permainan semakin inovatif dan bervariasi. Teknologi bisa mempermudah pekerjaan manusia. Tapi di sisi lain, apakah teknologi membuat manusia menjadi malas berpikir?

Menurut penelitian dari University of Waterloo, pengguna smartphone lebih sering menggunakan alat mesin pencari seperti Google, menjadi semakin malas ketika menyelesaikan masalah. Mereka cenderung mencari informasi yang mereka sudah tahu atau yang sebetulnya mudah dipelajari, daripada mengeluarkan usaha untuk berpikir.

smartphone users who are intuitive thinkers — more prone to relying on gut feelings an instincts when making decisions — frequently use their device’s search engine rather than their own brainpower. Smartphones allow them to be even lazier than they would otherwise be.

“They may look up information that they actually know or could easily learn, but are unwilling to make the effort to actually think about it,” said Gordon Pennycook, co-lead author of the study, and a PhD candidate in the Department of Psychology at Waterloo.

Hilangnya pengetahuan dasar dalam bermusik yang ketika munculnya teknologi baru, tidak lagi dirasa perlu untuk diajarkan. Pengetahuan dasar musik yang esensial terletak pada teori dasar seperti not balok, tempo, kunci-kunci, dan teknik. Kehadiran-kehadiran fitur canggih tersebut memungkinkan terlupakannya rasa pentingnya belajar pengetahuan dasar musik.

Dengan semua keunggulan dan kelemahan belajar dan bermain alat musik modern yang digital, apakah alat musik tradisional akan terkikis sejalannya waktu? atau apakah kita akan semakin tertarik kepada alat musik tradisional? Silahkan tulis pendapat dan pengalaman kalian di bawah!

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s