Oleh Calvina Vircelli

 

Berapa lama kamu latihan?

Ketika kita memutuskan untuk mempelajari sebuah instrumen, kita tidak bisa terlepas dari kata “latihan”. Selama masa studi saya di Austria, saya melihat ini tetap menjadi hal yang fundamental dalam menguasai satu instrumen. Para mahasiswa musik bisa menghabiskan waktu berjam – jam di ruang latihan. Di situasi ekstrem, beberapa mahasiswa bisa menghabiskan setengah harinya untuk latihan. Hal ini adalah salah satu hasil dari lingkungan pemain musik profesional yang kompetitif. Terkadang semakin banyak waktu yang kita habiskan, bisa membawa ilusi kebanggaan tersendiri.

 

Banyak yang menganggap semakin banyak waktu latihan, semakin mahir juga kita bermain satu instrumen. Andres Ericsson, seorang profesor psikologi yang terkenal dengan thesisnya yang mengatakan bahwa untuk menguasai sesuatu kita harus menghabiskan 10.000 jam. Setelah 10.000 jam terlewati maka kita adalah ahli dalam bidang tersebut. Namun hal ini mengundang banyak perdebatan. Selama mendalami metode pedagogi di Austria, saya mendapatkan masukan bahwa kuantitas waktu latihan bukanlah hal utama yang membuat seorang pemusik menjadi mahir. Hal yang lebih penting adalah bagaimana cara kita berlatih dengan efektif.

 

Ada beberapa poin yang bisa kita lakukan agar kita bisa meningkatkan kualitas latihan. Hal pertama adalah fokus dan konsentrasi. Di era teknologi dan serba cepat, kita seringkali dituntut untuk mengerjakan banyak hal. Saat kita duduk di ruang latihan, sering kali kita sebenarnya tidak 100 persen di sana. Pikiran kita sering terbagi atau misalnya kita tergoda untuk mengecek status social media. Waktu latihan yang panjang tidak diimbangi dengan konsentrasi yang maksimal menyebabkan apa yang kita pelajari tidak terserap dengan baik.

 

Hal kedua adalah tidak membiarkan pengulangan kesalahan. Gerhard Mantel, seorang pemain Cello menulis dalam bukunya, bahwa banyak musisi berlatih dengan metode Hoffnung (harapan). “Yah semoga saja kali ini saya bisa main tanpa salah”. Selama pengulangan bagian tertentu, hasilnya adalah terkadang salah dan terkadang benar. Ini juga memberikan efek bahwa kita lebih mengingat kesalahan daripada hasil yang benar. Kenapa hal ini bisa terjadi? Ini karena otak manusia akan mengingat hal yang sering kita lakukan. Jika kita familiar dengan kesalahan, maka kesalahan itu akan tersimpan di memori kita dan akan sulit untuk diubah.

 

Hal ketiga adalah menganalisa kesalahan atau kesulitan yang ada. Hal yang bijaksana adalah menganalisa terlebih dahulu apa penyebab kesulitan tersebut, sehingga kita tidak mengulang kesalahan dan kembali ke poin kedua. Contohnya, dalam bermain gitar, kita sering dihadapkan pada masalah teknis tangan kiri, seperti bareè. Jika kita analisa, mungkin ada beberapa penyebab masalah dalam bareé; kurangnya kekuatan pada tangan kiri, posisi jari yang kurang lurus, atau mungkin posisi ibu jari yang terlalu jauh dari bagian tengah neck gitar. Melalui analisa ini, kita bisa menghemat waktu latihan “coba-coba” yang tidak efektif.

 

Kembali ke pertanyaan, kuantitas atau kualitas latihan yang harus kita pilih? Tentu dua-duanya harus berjalan dengan seimbang. Goran Söllcher, gitaris asal Swedia, berbicara di interview bahwa dia hanya menghabiskan waktu 2 jam per hari untuk latihan. Kenapa tidak? Kalau selama 2 jam dia benar– benar konsentrasi sepenuhnya pada apa yang dia kerjakan, maka hasil latihan akan maksimal.


Konsep more is better, sebaiknya diganti dengan practice smart. Kapasitas konsentrasi kita terbatas. Seperti gelas kosong, jika kalian tuang air terus menerus ke gelas, maka air tersebut akan tumpah dan terbuang. Sama halnya, jika kaliah berlatih dalam jangka waktu panjang, maka otak kita tidak akan bisa menampung lagi informasi. Tips yang bisa kalian coba, adalah membagi sesi latihan menjadi lebih kecil. Seperti 2 jam dengan istirahat singkat di tiap 30 menitnya. Kunci latihan yang maksimal adalah keseimbangan antara kesiapan fisik, mental (konsentrasi), dan kemauan untuk menganalisa kesulitan. Semoga tips yang saya berikan bisa kalian coba dan bermanfaat di sesi latihan kalian

 

Biografi Penulis

Calvina Vircelli memulai pelajaran gitar pertamanya pada umur 14 tahun. Setelah menyelasaikan S1 di Universitas Pelita Harapan di jurusan musik (Music Performance), Calvina melanjutkan studi ke Austria. Diplom Klassik di Johann Joseph Fux Konservatorium telah diselesaikan dan sekarang Calvina sedang menyelesaikan Bachelor keduanya (Instrumental Musikpädagogik) di Anton Bruckner Privatuniversität.
Berbagai kegiatan bermusik seperti konser dan masterclass dengan berbagai gitaris dunia telah diikuti tidak hanya di Austria, tapi di negara Eropa lainnya. Pengalaman mengajar juga telah didapatkan, baik di Indonesia maupun di Austria. Calvina sekarang adalah pendiri dan pengajar situs mengajar online untuk gitar klasik dan bisa diikuti olehmurid dari mancanegara.
Advertisement

One thought on “10.000 Jam Latihan Untuk Menjadi Ahli?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s