Oleh Calvina Vircelli

 

Virtuositas : Sekedar teknik atau paket lengkap seorang musisi?

Beberapa dari kalian pasti pernah terpukau ketika melihat seorang gitaris bisa bermain dengan sangat cepat atau menguasai lagu yang sulit. Kemampuan untuk bermain dengan tingkat kesulitan tinggi bisa didefinisikan sebagai virtuositas oleh beberapa orang.

Arti virtuositas sendiri mengalami pergeseran. Awalnya virtuositas ditujukan kepada seorang musisi (kali ini saya fokuskan pada profesi ini) yang bisa menguasai instrumennya secara keseluruhan. Dalam hal ini termasuk di dalamnya teknik, interpretasi, pengertian komposisi, stage act, dll. Namun pengertian ini sedikit bergeser, ketika virtuositas difokuskan pada kemampuan teknik sang musisi, bagaimana kelincahan tangannya di atas instrumen tersebut.

Sayangnya, arti yang mengerucut ini semakin tersebar luas di kalangan musisi dan banyak yang `terperangkap` dalam arti virtuositas ini. Tidak sedikit yang menjadikan teknik, karya dengan kesulitan tinggi, kecepatan tangan sebagai tujuan bermusik mereka. Situasi ini seringkali mendorong persepsi seseorang, bahwa musisi hebat adalah seseorang dengan kemampuan teknik yang tinggi. Hal ini juga ada di dalam pikiran saya selama beberapa tahun dan saya pun terbawa arus untuk menjadikan hal ini sebagai tujuan bermusik saya. Lagu – lagu pilihan saya selalu memiliki tingkat kesulitan tinggi, semata – mata untuk pembuktian diri bahwa saya adalah gitaris hebat.

Tapi apakah benar, bahwa memainkan karya dengan tingkat kesulitan tinggi menjadi landasan bahwa seseorang bisa dinyatakan sebagai musisi hebat? Pertanyaan ini muncul dalam perdebatan pikiran saya. Pernah ada yang berkata “people will not remember all the notes that you play, but they will remember how you make them feel”. Jika diterjemahkan, kurang lebih bunyinya “orang tidak akan mengingat semua not yang kamu mainkan, tapi mereka akan mengingat bagaimana kamu membuat mereka merasakan sesuatu”.

Itu adalah momen di mana pikiran saya terbuka. Jika seorang musisi sudah bermain dengan tingkat kesulitan dan teknik yang tinggi, apa step berikutnya? Apa itu adalah garis akhir dalam bermusik? Apa kecepatan tangan memberikan dampak ke penikmat musik dan meningkatkan pengertian mereka akan musik yang dimainkan? Pertanyaan berikut yang muncul : Apa musik hanya sebatas kecepatan tangan dan kemampuan menguasai instrumen?

Tentunya pertanyaan di atas bersifat personal dan setiap dari kita memiliki jawaban yang berbeda. Benjamin Xander, seorang dirigen ternama, pernah berkata, bahwa musik adalah sebuah kontribusi. Itu adalah cara kita menyampaikan cerita, menyampaikan emosi, menyampaikan pengalaman kepada orang di sisi lain yang mendengarkan.

Menurut saya pribadi, kita sebaiknya merefleksikan kembali arti dari virtuositas itu sendiri yang mencakup semua aspek bermusik, dimana semuanya dilihat sebagai satu kesatuan. Apakah kita bisa menilai seorang musisi semata – mata dari kemampuan tekniknya? Tentunya di selang perjalanan bermusik, kita akan menemukan karya dengan tingkat kesulitan tinggi yang dimana teknik yang tinggi akan menjadi sebuah tuntutan. Saya melihat aspek teknik tersebut hanya sebagai satu komponen yang muncul dalam satu karya. Aspek lain yang kita sumbangkan antara lain adalah interpretasi, penampilan di atas panggung, dan hal lainnya. Hasil akhir yang ingin saya capai adalah emosi atau cerita apa yang bisa sampaikan ke orang di sisi lain. Menurut saya, hal ini lebih esensial dibanding hanya menunjukan satu satu karya yang sulit.

Perubahan tujuan dari virtuositas teknik ke musikalitas ini saya alami karena pada satu masa saya merasa terjebak dalam teknik dan kesulitan dan kehilangan kesenangan dalam bermain musik. Saya percaya yang membedakan seorang musisi dan profesi lain adalah anugerah untuk bisa berbagi cerita dan menyentuh hati orang lain dengan instrumen yang kita mainkan.

Sebagai penikmat musik, tentunya kita juga tidak bisa langsung menilai, seorang musisi bukanlah musisi hebat karena dia tidak memainkan karya dengan tingkat kesulitan tinggi.  Memainkan lagu yang mudah tetapi penuh dengan pengertian, emosi, dan interpretasi yang baik tentu saja diterima lebih baik oleh pendengar daripada memainkan lagu yang sangat sulit tetapi tidak “dipahami“ oleh pendengarnya. Contohnya sudah banyak sekali gitaris-gitaris musikal yang mungkin kalian juga sudah tahu.

Tulisan ini adalah pertanyaan terbuka dan refleksi kepada teman – teman gitaris atau instumentalis lainnya. Apa arti virtuositas bagi kalian? Apa itu musisi yang hebat? Apa tujuan kalian bermusik?

Silahkan tuliskan komentar kalian!

Biografi Penulis

Calvina Vircelli memulai pelajaran gitar pertamanya pada umur 14 tahun. Setelah menyelasaikan S1 di Universitas Pelita Harapan di jurusan musik (Music Performance), Calvina melanjutkan studi ke Austria. Diplom Klassik di Johann Joseph Fux Konservatorium telah diselesaikan dan sekarang Calvina sedang menyelesaikan Bachelor keduanya (Instrumental Musikpädagogik) di Anton Bruckner Privatuniversität.
Berbagai kegiatan bermusik seperti konser dan masterclass dengan berbagai gitaris dunia telah diikuti tidak hanya di Austria, tapi di negara Eropa lainnya. Pengalaman mengajar juga telah didapatkan, baik di Indonesia maupun di Austria. Calvina sekarang adalah pendiri dan pengajar situs mengajar online untuk gitar klasik dan bisa diikuti olehm dari mancanegara.
Advertisement

One thought on “Opini – Virtuositas – Sebatas Teknik?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s