Pak Rahmat Raharjo adalah sosok yang sudah dikenal di dunia gitar klasik Indonesia. Beliau adalah salah seorang dosen gitar di Insitut Seni Indonesia. Guitanesia berbicara kali ini dengan beliau untuk bertanya mengenai perjalanan gitar Pak Rahmat Raharjo dan juga tentang semangat belajar gitarnya.
1. Bagaimana cerita Pak Rahmat dalam mempelajari gitar klasik?
Perjalanannya saya dalam mempelajari gitar klasik sejauh ini telah melewati 4 fase:
Fase pertama (usia 5 -12 tahun) Di masa-masa itu saya sering melihat permainan gitar kakak kandung saya, baik itu menyanyi dengan gitar, ngulik/mengaransemen lagu-lagu pop Indonesia atau pop barat menjadi permainan gitar tunggal. Saya diajarkan oleh kakak saya bagaimana memetik gitar posisi open string dengan 4 jari yaitu jempol, telunjuk, jari tengah dan manis (ketika itu belum mengenal istilah p,i,m,a). Karena badan saya masih kecil, maka gitar saya rebahkan di paha. Singkat cerita saya mulai dapat memainkan gitar, mengenal beberapa chord-chord yang sederhana dari band-band favorit saya.
Fase kedua (masa SMP – SMA). Di awal SMP secara tidak sengaja saya melihat permainan solo gitar di TVRI. karya dibawakan sangat unik dengan permainan tremolo berjudul Recuerdos de la Alhambra. Dari sini saya merasa lebih tertarik mengetahui karya-karya solo gitar, lalu saya membeli banyak rekaman gitar klasik (ketika itu dalam bentuk kaset) dan timbul keinginan untuk belajar lebih dalam lagi. Akhirnya saya mulai mengikuti les gitar klasik di sekolah musik Yamaha. Guru gitar pertama saya adalah M.Nasrun kemudian dilanjut oleh Andre Indrawan. Dari Pak Andre ini saya banyak mendapat banyak peningkatan ketrampilan dan banyak kesempatan untuk mengikuti konser, masterclass dari beberapa gitaris internasional dan kompetisi Yamaha festival Gitar Indonesia (YFGI) yang saat itu mungkin menjadi satu-satunya ajang kompetisi gitar klasik di Indonesia. Saya pun sempat meraih juara waktu itu di tahun 1992.
Fase ketiga (masa kuliah musik di ISI Yogyakarta).
Setelah lulus dari SMA saya belum ada niat untuk melanjutkan studi gitar/musik di tingkat perguruan tinggi. Saya mencoba mendaftar dan mengikuti tes masuk di UGM serta beberapa perguruan tinggi swasta, namun hasilnya tidak diterima. Kemudian karena tidak mau menganggur karena tidak kuliah, akhirnya saya mencoba mendaftar di ISI Yogyakarta jurusan musik. Saya mendaftar di hari-hari terakhir dan ternyata mendapat nomor tes paling akhir juga. Hasilnya Alhamdulillah diterima. Ini memang cara Tuhan untuk mengarahkan saya…hahaha. Di periode ini saya kembali belajar gitar beberapa dosen gitar a.l Andre Indrawan, Royke Koapaha, dan juga banyak belajar diluar hal teknis gitar seperti sejarah, analisis, harmoni dan lain-lain.
Pada fase ini juga, saya meraih prestasi juara pertama Yamaha Festival Gitar tahun 1996 dan 1999. Di tahun 1999, saya mendapat sertifikat Dilpoma LMusA (License Music Australia in Music Performance) dari Australian Music Examination Board (AMEB)
Fase keempat (belajar gitar di Spanyol). Pada tahun 2001, Kedutaan besar Spanyol di Indonesia mengadakan Kompetisi Spanish Guitar Awards yang hadiah utamanya adalah memberi beasiswa penuh untuk belajar pada gitaris Josep Henriquez di Conservatory Granollers, Barcelona, Spanyol. Kesempatan ini tentu tidak saya sia-siakan. Saya benar-benar terobsesi dan berjuang setengah mati agar kesempatan itu jatuh ke tangan saya dan akhirnya berhasil. Tahun 2002, ketika saya belajar gitar di Spanyol, ada beberapa hal teknis yang diperbaiki antara lain pembentukan tone colour, posisi jari tangan kanan dan pendalaman hal-hal non teknis yang berkaitan dengan musikalitas.
Setelah melalui fase ini, sejak tahun 2005 hingga saat ini, saya mengajar di Jurusan/Program Studi Penyajian Musik (Music Performance) ISI Yogyakarta. Aktivitas lainnya saya banyak melakukan resital, konser baik solo maupun ansambel dan menjadi solis bersama beberapa orkestra dan juga banyak memberikan workshop/masterclass di beberapa tempat/Universitas seperti UNPAS Bandung, UNY, UNESA Surabaya, SMM Medan, Sekolah Gitar Jakarta dll.
Karena keinginan untuk selalu mengembangkan kemampuan, saya juga masih mengikuti beberapa masterclass secara aktif yang diberikan gitaris dunia seperti Shinici Fukuda, Daikuke Suzuki, Aniello Desiderio, Alvaro Pierri, Josep Zapka. Saya juga sempat aktif kembali mengikuti beberapa kompetisi Nasional dan Internasional a.l Juara 1 Kompetisi Gitar Klasik nasional I (KGKN I) tahun 2011, Juara 1 Valerio Guitar Festival 2013, menjadi 5 besar finalis Thailand International Guitar Competition 2005, Finalis Jakarta International Guitar Festival 2014, lima besar finalis Tarrega (Malaysia) International Guitar Festival 2016.
2. Apa yang mendorong Bapak untuk tetap latihan dan perform?Yang pertama adalah adalah eksistensi. Berkenaan dengan hal ini, ada dua hal yaitu Pertama: saya selalu merasa hijau, artinya saya masih muda dan masih dapat berkembang, masih banyak yang perlu saya pelajari atau saya latih. Meskipun telah memiliki banyak prestasi dan banyak pengamalan saya tidak pernah merasa bahwa saya sudah hebat dari yang lain. Prinsip ini juga saya tanamkan kepada murid/mahasiswa untuk selalu mau belajar mengembangkan kemampuan dan tetap rendah hati, jangan sombong. Kedua, yang berkaitan untuk tetap perform adalah semangat untuk berbagi musik kepada audiens. Juga berbagi ilmu dalam hal mengajar.
Bersambung ke bagian dua
One thought on “Rahmat Raharjo – Hidup dan Berbagi Untuk Gitar (Bagian 1)”